07 Mei 2010

RATUSAN PETAMBAK DIPASENA UNJUK RASA

Selasa, 04 Mei 2010 | 19:34 WIB RATUSAN PETAMBAK DIPASENA UNJUK RASA TEMPO/ Budi Purwanto TEMPO Interaktif, Lampung - Sekitar 800 petambak plasma PT. Aruna Wijaya Sakti, pemilik baru perusahaan udang Dipasena, berunjuk rasa menuntut penuntasan revitalisasi tambak milik mereka. Menurut petambak, sejak diakuisisi oleh konsorsium Neptune dan CP Prima, nasib mereka justru terkatung-katung. “Perbaikan infrastruktur tambak seperti kanal atau saluran air sangat lambat dan molor dari jadwal yang telah disepakati. Petambak hidup menderita karena tanpa penghasilan,” kata Purdiyanto, Kepala Kampung Bumi Dipasena Agung, Selasa (4/5). Ratusan petambak yang berunjuk rasa itu mengaku kecewa karena revitalisasi tambak lambat. Purdiyanto mengaku saat ini ribuan petambak yang mendiami 10 blok yang belum direveitalisasi hidup mengenaskan. “Mereka menggantungkan hidup dari hanya mencari ikan di kanal tambak dan hutan Rp. 900 ribu dari perusahaan,” kata dia. Padahal saat perusahaan konsorsium Citra Proteina Prima mengakuisisi perusahaan tambak milik Syamsul Nursalim, mereka seperti sangat percaya diri. Perusahaan, kata dia, menjanjikan revitalisasi kelar dalam 2 tahun. “Sekarang, sejak akhir 2007 baru 6 blok dari 16 blok yang direvitalisasi,” kata dia. Menurut perjanjian jual-beli aset peninggalan Syamsul Nursalim itu, konsorsium mengambil alih Dipasena Group dengan banderol Rp. 2,388 triliun. Mereka hanya membayar Rp. 688 miliar. Sisanya, Rp. 1,7 trilyun, dibayar dalam bentuk escrow account atau dana untuk merevitalisasi plasma dan perusahaan inti. “Sisanya untuk modal kerja plasma, modal usaha serta perbaikan saluran air dan saran umum. Tapi perusahaan ingkar janji. Revitalisasi tinggal janji,” tegas dia. Sementara itu Ketua Lembaga Manajemen Plasma Kampung Bumi Dipasena Utama, Thowilun juga mengaku kecewa dengan itikad buruk PT. Aruna Wijaya Sakti. Para petambak ngluruk kantor perusahaan, kata dia, karena kecewa perwakilan petambak yang diundang untuk membicarakan nasib revitalisasi ditinggal begitu saja. “Perusahaan mengundang kami untuk rapat, tapi tidak satu pun dari mereka yang menampakkan diri. Mereka kabur” kata dia. Menurut Purdiyanto, para petambak mengancam akan melakukan unjuk rasa besar-besaran dan meminta pemerintah membatalkan kepemilikan CP Prima dan mencari investor lain. Petambak menilai perusahaan gagal dan hanya mengincar aset perusahaan yang ditinggalkan oleh Syamsul Nursalim. “Mereka nafsu besar tapi tenaga kurang,” kata dia. Hingga berita diturunkan, Tempo masih mencoba menghubungi pihak PT Aruna Wijaya Sakti terkait tuntutan tersebut. NURROCHMAN ARRAZIE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar