07 Mei 2010
REVITALISASI TAMBAK UDANG DIPASENA TERANCAM GAGAL
amis 22. of April 2010 13:04
REVITALISASI TAMBAK UDANG DIPASENA TERANCAM GAGAL
Jakarta, Program revitalisasi tambak udang eks Dipasena diperkirakan gagal terealisasi sampai akhir tahun ini, lantaran PT Central Proteinaprima Tbk (CP Prima) diduga tidak mempunyai dana.
Hal ini mengakibatkan sebagian besar petambak plasma kesulitan membiayai kehidupan sehari-hari.
Salah satu petambak plasma Dipasena, Thowilun di Jakarta Rabu mengatakan, dalam beberapa bulan terakhir, ia bersama sekitar 500 warga petambak lain terlambat panen udang.
Panen udang biasanya dilakukan setiap 45 hari sekali, tapi akhir-akhir ini menjadi tiga atau empat bulan sekali. Hal itu tentunya akan mempengaruhi produksi, pendapatan petambak, dan kinerja keuangan CP Prima, katanya.
Keterlambatan panen udang tersebut disebabkan benur yang seharusnya diperoleh dari CP Prima dalam bentuk barang jadi tidak datang tepat pada waktunya. "Manajemen perusahaan berdalih kesulitan keuangan," kata Thowilun.
Namun, Manager komunikasi internal dan eksternal CP Prima George H Basoeki membantah keterlambatan penyebaran benur, karena hanya terjadi Januari lalu akibat musim hujan.
Namun, sejak Februari lalu hingga saat kini tidak ada lagi masalah dengan pasokan benur. "Saya kira, tidak ada masalah lagi dengan benur dan jadwal sudah berjalan dengan baik," tuturnya.
Terkait program revitalisasi Dipasena, George mengatakan, manajemen CP Prima tetap berkomitmen merealisasikan sesuai jadwal yang ditetapkan.
Penjualan bersih CP Prima merosot 16,37 persen menjadi Rp6,83 triliun pada 2009 dibanding tahun sebelumnya senilai Rp8,17 triliun. Penurunan ini antara lain dipicu anjloknya harga udang di pasar internasional dan penurunan volume ekspor ke berbagai negara, terutama Amerika Serikat dan Eropa. Sebab, ekonomi di AS dan Eropa belum pulih total.
Kendati penjualan turun, manajemen CP Prima dapat menekan kerugian sekitar 47 persen menjadi Rp217,17 miliar dari tahun sebelumnya Rp407,18 miliar.
Campur Tangan
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan Riza Damanik mendesak pemerintah harus menyelamatkan program revitalisasi tambak udang plasma eks Dipasena yang dikelola PT Aruna Wijaya Sakti, anak usaha CP Prima.
Bila pemerintah membiarkan hal tersebut berlarut-larut, nasib sekitar 13.000 petambak dan pekerja tambak akan terkatung-katung.
Ia mengatakan pasca akuisisi aset Dipasena Citra Darmaja 2007, CP Prima berkomitmen memperbaiki sarana dan prasarana tambak pada 16 blok tambak plasma di delapan desa di areal 16.250 hektare (ha). Namun, revitalisasi tambak itu mundur dari jadwal semula Agustus 2009 menjadi September 2011.
"Hingga kini, baru lima blok yang telah direvitalisasi. Jadi, pemerintah perlu membuat satuan tugas khusus guna mengaudit lingkungan, upaya hukum untuk melindungi kehidupan pekerja, dan petambak, serta produksi udang nasional," katanya.
Pasca akuisisi Dipasena di Lampung dan Sumsel, CP Prima menguasai lebih dari 60 persen produksi udang nasional per tahun. Karena itu, lanjut Riza, pembiaran praktik monopoli ini berimbas pada tidak terkontrolnya ekspansi industri udang.
"Akibat belum adanya regulasi penangkal, sejak 2005 hingga kini Indonesia terbukti tidak memiliki nilai tawar yang kuat guna menjaga harga produk udang ekspor ke negara lain yang menguntungkan petambak," katanya.
Ia mengakui, tanpa diikuti regulasi yang jelas, pemerintah sulit membatasi kegiatan monopoli usaha yang dilakukan korporasi pertambakan multinasional di Indonesia, termasuk CP Prima. (ant)
Sumber: http://www.sinarharapan.co.id/berita/content/read/revitalisasi-tambak-udang-dipasena-terancam-gagal/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar